Minggu, 28 Juli 2013

SOEDJINAH, MEMANJAT LICINNYA PINANG KEHIDUPAN DI BALIK TERALI BESI


SOEDJINAH,
MEMANJAT LICINNYA PINANG KEHIDUPAN
DI BALIK TERALI BESI
Oleh: Ida Nur Azizah[1]

Perang Kemerdekaan sedang berkecamuk, cucuran darah dan keringat para pahlawan bangsa terus mengalir bagai lautan merah. Pertempuran di Daerah Ampel dekat Salatiga hingga Tengaran telah usai. Kini saatnya aku bangkit kembali membela tanah airku.
Tapi tragedi September 1965 datang menghampiriku. Malam 30 September aku bersama teman-teman diminta menjahit pita warna-warni dan pakaian seragam Prajurit Bangsa sampai larut malam. Malam itu, tidak ada satupun kejadian yang mencurigakan. Kami bekerja dalam mempersiapkan Pergerakan demi pembebasan Irian Barat.
Saat tengah malam, aku dikejut
Siang hari tanggal 1 Oktober 65, aku dikejutkan dengan warta berita tentang peristiwa pembunuhan sejumlah jenderal di Lubang Buaya dan keterlibatan Gerwani dalam peristiwa tersebut. Dikatakan bahwa anggota Gerwani menari-nari telanjang dada didepan para jenderal kemudian memotong buah zakar pada jenderal Pahlawan Revolusi. Karena tuduhan tersebut, semua anggota Gerwani dan orang-orang yang terkait dengan PKI maupun Gerwani ditangkap, dibunuh, dan dipenjara.
Aku benar-benar tidak tahu menahu tentang itu, bulan september kami melakukan sidang tiga kali, akan tetapi sama sekali tidak membahas akan dilaksanakan Gerakan 30 September. Aku beranjak dari kursi dan mendatangi kantor CC PKI dan DPP Gerwani, akan tetapi kantor tersebut sudah dirusak massa. Kemudian aku berkeliling menyelinap dari tempat satu ke tempat lainnya.
Selama 5 bulan aku menjadi buronan rezim Soeharto. Kantor DPP Gerwani sudah dijarah, rumahku sudah dikosongkan, aku berkeliling menginap secara sembunyi-sembunyi di rumah kenalan dan saudara. Aku juga pernah tinggal di rumah Kolonel Suwondo yang dikenalnya sebagai pendukung Bung Karno. Betapa besar kekejaman rezim militer Soeharto terhadap ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang yang tidak bersalah tetapi dituduh menjadi dalang G30S.
Akhirnya, aku ditangkap pada 17 Februari 1967 bersama temanku di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tenyata teman-temanku juga bernasip sama. Aku bertemu dengan Soelami, Soeharti, dan Sri Ambar. Kami dan yang lainnya disiksa, ditelanjangi, dan dipukuli dengan rotan oleh delapan tentara berbaju loreng. Saat itu, aku hampir mati dan aku berpura-pura mati sehingga salah satu tentara menghentikan penyiksaan terhadapku.
Lubang-lubang kuburanku dan teman-teman seperjuangan sudah dipersiapkan dibelakang halaman gedung penyiksaan. Tapi aku selamat darinya, Aku bersama ketiga temanku yaitu Soelami, Soeharti, dan Sri Ambar yang tidak mati dalam ruang penyiksaan akhirnya dibawa ke tempat lain secara berpindah-pindah hingga lima kali.
Hanya satu tempat yang masih aku ingat yaitu Kodam Jakarta, kantor CPM Guntur. Kemudian aku di bawa ke Bukitduri kemudian di ajukan ke pengadilan. Karena dianggap sebagai kader yang berbahaya, aku dimasukkan ke sel khusus untuk diisolasi. Bukitdurilah yang mempertemukan aku dan teman-teman seperjuanganku semasa Gerwani.
Bukitduri mengajarkaknu banyak pengalaman dan kebenaran. Kebenaran mulai diceritakan dari anak-anak perempuan muda yang ditangkap di Lubang Buaya. Mereka adalah sukarelawan Dwikora dari Pemuda Rakyat yang sedang mengikuti latihan di Libang Buaya. “Adegan menari-nari di depan Jenderal, memotong kemaluan, bahkan mencukil mata para Jenderal tidak pernah kulakukan. Bahkan aku yang diperkosa oleh aparat”. Ujar salah satu dari mereka.
Aku merasa menyesali keberadaanku saat tragedi G30S terjadi. Aku merasa gagal memperjuangkan martabat perempuan. Sampai sekarangpun di belakang terali besi aku hanya bisa bernafas dalam lubang kecil yang rapat. Mengurus diri sendiri saja sudah tak mampu, apalagi memperjuangkan nasib mereka.Dua sendok nasi atau 40-60 butir jagung yang aku makan seharinya. Bahkan ketika aku diberi kesempatan untuk keluar sebentar dengan penjagaan ketat, aku pernah makan daun seadanya untuk menahan rasa laparku.
Selama 8 tahun aku menikmati indahnya neraka di balik isolasi penuh untuk menunggu keputusan pengadilan. Tahun 1975, aku dijatuhi hukuman 18 tahun penjara dengan bukti penyebaran buletin PKPS (Pendukung Komando Presiden Soekarno) yang nyata menentang Suharto-Nasution. Aku bersama Soelami, Soeharti, dan Sri Ambar dijatuhi hukuman masing-masing. Tetapi sesama aktifis Gerwani seperti Tanti Aidit, Ny. Mudigdo, dan Umi Sardjono mampu lepas dari pengadilan karena tidak ada bukti apapun.
Penjara Tangerang merupakan perjalananku kedua setelah Bukitduri. Tapi Tangeranglah yang telah memberikanku kesempatan untuk menulis semua yang aku alami dan pengalaman sesama tahanan, bahkan para gadis yang tertangkap di Lubang Buaya dan dipaksa mengaku sebagai anggota Gerwani. Aku meletakkan kata demi kata tentang cercaan Eks-tapol, kejamnya terali besi, ketidakadilan negeri ini sampai kejamnya rezim Orde Baru di bawah bendera Suharto.
Awalnya aku harus selalu mengendap-endap mencuri kertas dan kemudian menulisnya di toilet dalam sel. Akan tetapi ternyata keberuntungan mulai menghampiriku karena aku diberi tugas membuat desain untuk kain bordir yang akan dikerjakan sesama tahanan wanita. Dengan begitu, aku bisa menyembunyikan beberapa kertas yang diberi oleh petugas untuk membuat desain. Satu per satu tulisanku baik berupa cerita pendek, puisi, maupun pengalaman aku selundupkan melewati seorang wartawan dari Harian Sinar Harapan (sekarang Suara Pembaruan) yang menyamar sebagai seorang arsitek dan tukang bengunan.
Penjara Tangerang bagai sinar yang mulai menatap wajahku. Sebagai tahanan kriminal, aku mendapat kebebasan untuk memberikan bimbingan dan pelajaran bahasa Inggris kepada para tahanan lainya. Banyak dari mereka memanggilku dengan sebutan “mami”. Wajah lugu mereka selalu membuatku merasa lebih beruntung dibanding yang lain.
Selama 16 tahun berada di penjara akhirnya tahun 1983, aku dinyatakan bebas. Namun aku masih dikenai wajib lapor diri di Kodim Jakarta Selatan sampai 1997. KTP ku juga masih diberi stigma “ET” sampai 14 tahun kemudian. Aku tinggal bersama Widodo, saudaraku yang juga pernah mendekam di pulau Buru. Karena stigmasi KTP ini, aku tidak bisa bekerja pada instansi pemerintahan sehingga aku hanya bisa menyambung hidupku dari pekerjaan sebagai guru les bahasa Belanda dan bahasa Inggris.







[1] Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, UNY. Karya ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Indonesia Kontemporer yang di ampu oleh Rhoma Dwi Aria Y. M.Pd dan Sardiman A.M, M.Pd sebagai tugas Ujian Tengah Semester.

RESENSI JURNAL


RESENSI
Oleh: Ida Nur Azizah
 
Judul               : Kondisi Kehidupan Partai, Kaum Revolusioner Indonesia dalam Mencari Identitas (1928-1848)
Pengarang       : Jacques Leclerc
Penerbit           : Lembaga Penelitian,  Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)
Tahun Terbit   : Agustus 1979 tahun VIII
Jenis                : Jurnal “Prisma” Nomor 08
Keunggulan    :
Berbagai keunggulan yang terdapat pada tulisan Jacques Leclerc, antara lain:
Jacques Leclerc, Penulis yang bukan asli berkebangsaan Indonesia asli mampu mengulas tulisan secara luas mengenai kehidupan partai Indonesia serta perjuangannya dalam memperoleh kemerdekaan. Hal ini dapat dilihat dari tulisannya yang tidak hanya menguraikan PKI sebagai partai tertua[1], tetapi juga mengulas perjuangan tokoh-tokoh nasional dalam partai lain seperti PNI, Budi Utomo, Sarekat Islam, Gerindo, dan sebagainya.
Selain itu, tulisannya bersifat Indonesiasentris, artinya bentuk perlawanan dari rakyat Indonesia terhadap pemerintah kolonial berupa pergerakan-pergerakan yang dipelopori oleh tokoh nasional yang berusaha memperjuangkan kemerdekaan. Selain itu berisi spirit perjuangan tokoh nasional yang dapat berfungsi sebagai sejarah beraspek sosiopolitik dalam membangkitkan nasionalisme.
Sedangkan gaya penulisan yang digunakan berorientasi pada sejarah modern. Terdapat gaya penulisan yang mengagumkan dari tulisan sejarah Jacques Leclerc, yaitu pada kalimat “Tapi mungkinkah hal itu terwujud?”. Ini merupakan perbandingan fakta yang ada dengan apa yang akan terjadi yang merupakan tujuan bersama pejuang Indonesia mencari identitas bangsa yang sesungguhnya.
Kausalitas antar paragraf dan kalimat (Hubungan/ keterkaitan antar paragraf dan kalimat) dalam tulisan ini sudah sangat jelas dan runtut seperti pada lembar terakhir paragraf 4 menuju 5 “Dua bulan setelah kongres PKI.......menunjuk Aidit.....”dilanjutkan “ sebagai pejabat propaganda, Aidit.......”


Kelemahan      :
Kelemahan dalam penulisan jurnal kebanyakan terletak pada isi jurnal dan penulis, namun ada beberapa yang terletak pada penulisan, gaya bahasa, kausalitas antar paragraf dan kalimat. Kelemahan dari tulisan Jacques Leclerc ialah:
Dari Penulisnya kurang ditunjang metode kritis. Artinya dalam tulisan Jacques Leclerc ini terdapat kebanyakan bersifat secara teknis. Seperti terdapat pada alenia “...sejak Kongres VI Internationale, Juli-Agustus 1928, yang dalam resolusi dari kongres 1935 tidak banyak disebut selain dari menyebut perluasan Front rakyat anti-imperialis...”. Pada alenia ini penulis menyebutkan secara teknis tanpa menyebutkan bukti sebagai pemikiran kritis.
Dalam aspek Isi tulisan yang menjadi kelemahan ialah tulisan berjudul Kondisi Kehidupan Partai, Kaum Revolusioner Indonesia dalam Mencari Identitas (1928-1848) terlalu bersifat informatif. Kebanyakan terdapat ulasan-ulasan yang berusaha keras menginformasikan kepada pembaca tanpa diimbangi dengan pendapat penulis. Selain itu, isi terlalu fokus kepada satu aspek, sehingga aspek diluar yang bersebarangan pendapat kurang mendapat sorotan dan cenderung berat sebelah[2]. Kelemahan lain yaitu kurang adanya kejelasan keruntutan pendirian-pendirian partai dalam arti partai pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya karena pengulasan terfokus pada pahlawan nasional. Dalam isi juga tidak terdapat opini-opini dari luar maupun kekurangan opini dari penulis sendiri sehingga pembaca kurang berpikir secara luas dan cenderung mengikuti apa yang ada tanpa membedakan aspek positif dan negatif dari tulisan itu sendiri.
Dalam aspek penulisan terdapat beberapa kekurang-telitian penulis seperti awalan “Adalah” yang harusnya merupakan penjelasan dari sesuatu tetapi digunakan sebagai kata awal. Kemudian terdapat juga kalimat “Dalam pada itu” pada kalimat awal. Selain itu juga terdapat penulisan kata pada halaman 51 alenia terakhir yaitu kata “plin-plan”. Seharusnya diketik dengan Italic (dicetak miring) karena kata “plin-plan” merupakan kata serapan yang tidak sesuai EYD dan termasuk dalam bahasa jawa.
Pada aspek bahasa ialah Bahasa yang digunakan terkadang bahasa yang kurang/ tidak baku seperti pada kata “cocok” yang seharusnya lebih formal dengan menggunakan kata “sesuai”.





Isi singkat (Sinopsis):
PKI merupakan partai komunis yang mampu mewujudkan Vietnam sebagai negara bersatu melalui gerakan pembebasan nasionalisme di Indocina. Gerakan pembebasan ini terjadi ketika masa Perang Dunia II yaitu ketika terjadi perbenturan paham demokratis dan Fasis. Namun pada 11 November 1945, diganti nama menjadi Partai Buruh Vietnam. Berbeda di Indonesia, PKI belum mampu memenangkan gerakan pembebasan karena penindasan Belanda dan kepercayaan rakyat Indonesia kepada Jepang untuk memperoleh kekuasaan. Selain itu, terdapat juga perbedaan pendapat di antara anggota yang berlainan mengenai gerakan PKI yang kurang tepat.
Gerakan ini berkali-kali mengalami kegagalan, namun usaha-usaha  yang dilakukan mampu menghasilkan kemajuan secara bertahap. Dalam kemajuannya,, gerakan ini berhasil membentuk pimpinan partai berjumlah 21 anggota yang bertugas menggerakkan PKI. Pimpinan baru PKI September 1948 dapat dilihat pada lampiran. Kebanyakan dari anggota penggerak ini ialah tokoh nasionalis yang telah mengalami nasib pembuangan, penjara, maupun pengasingan. Namun di dalam pengasingan mereka mendapatkan pengalaman politik yang dapat diterapkan untuk bangsa Indonesia tercinta. Begitupun Muso yang merupakan pemrakarsa reorganisasi partai ditahan selama 3 bulan Agustus 1925, lalu dinyatakan harus ditangkap Januari 1926, namun berhasil melarikan diri ke Singapura.
Tahap awal kegiatan partai ialah akhir 1926 dan berakhir dengan kegagalan. Pemberuntakan ini berlangsung untuk daerah Jawa dan Sumatra. Gerakan kedua berlangsung tahun 1948 yang muncul di arean politik tahun 30-an, yakni gerakan orang-orang bawah tanah. Mereka yang merupakan generasi anti-fasis mengubah strategi untuk tercapainya tujuan. Saat itu, Muso adalah anggota Komite Eksekutif Serikat Buruh Merah Internasional. Ia ditugaskan mengorganisir orang-orang Indonesia untuk  melancarkan kegiatan komunis sesuai garis yang ditetapkan konggres. Muso yang berada di Surabaya berhasil memperolah kekuatan dari Partindo.
Kemudian lahir pula Gerindo dibawah pimpinan Amir tahun 1937, PNI Baru yang merupakan perkumpulan para propagandis yang berdisiplin yang bergerak di tingkat pusat kekuasaan berhasil didirikan Hatta. PNI baru berhasil berubah nama menjadi Daulat Rakyat. Hal ini merupakan strategi kerajaan Belanda, termasuk Indonesia berada dalam cengkraman kekuatan kolonis yang lebih besar (kebangkitan Nazi dan Perang saudara di Spanyol). Tetapi ketika Belanda di duduki Jerman dan pemerintahannya lari ke London, kader-kader Gerindo mulai dicurigai berhubungan dengan tokoh-tokoh PKI yang terorganisir secara bawah tanah segera ditangkapi.
Karena terputusnya pengorganisasian akibat penangkapan tokoh-tokoh nasionalis baik dipenjara maupun diasingkan sehingga kegiatan strategi maupun inisiatif terhambat. Padahal pada hakikatnya, proklamasi kemerdekaan Soekarno-Hatta bersandar pada gerakan pemuda yang merebut kekuasaan dari tangan Jepang serta pembesar daerah. Terlihat jelas bahwa peranan pemuda melalui gerakan-gerakan partai sangat berpengaruh pada kemerdekaan Indonesia sampai dengan pembentukan KNIP.
Dalam perkembangan terakhir, ke-21 tokoh nasionalis Indonesia berhasil bersatu pada 1 September 1948. Segala kelemahan dan kekuatan para tokoh berhasil dasatukan dalam sebuah persamaan untuk memperjuangkan Indonesia yang seutuhnya.                  
                                               
Kesimpulan     :
Keadaaan partai tahun 1928-1948 dalam mencari identitas bangsa Indonesia mengalami banyak hambatan baik dari dalam maupun dari luar. Para tokoh nasional Indonesia berjuang untuk Indonesia dalam berbagai partai dan golongan, seperti PKI, PNI, Gerindo, KNIP, dan lain sebagainya. Dalam prosesnya mereka bercerai berai menjadi beberapa pandangan namun tetap bertujuan yaitu mewujudkan Indonesia merdeka. Meskipun dalam beberapa realita terlihat beberapa partai mengutamakan kepentingan mereka sendiri.
Gerakan para tokoh nasionalis ini sangat berpengaruh pada kemerdekaan Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena tanpa pergerakan kaum Indonesia maka kemerdekaan sulit untuk di capai. Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan pembentukan pimpinan partai yang meskipun awalnya berbeda pandangan dapat mempersatukan Indonesia bangsa Indonesia dalam perbedaan, kelemahan, dan kekuatan.



[1] Lihat dalam Jurnal “Prisma” Nomor 08. Kondisi Kehidupan Partai, Kaum Revolusioner Indonesia dalam Mencari Identitas (1928-1848)
[2] Salah satu kelemahan yang diungkapkan oleh Waliu al-Din ‘Abdu al-Rahman ibn Muhammad ibn al-Hasan ibn al-Jabir ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn ‘Abd al-Rahamn ibn Khaldukh atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Khaldun.

Jumat, 26 Juli 2013

RESTORASI MEIJI


 RESTORASI MEIJI
Ida Nur Azizah
A.    Pendahuluan
            Restorasi Meiji merupakan sebuah modernisasi atau perubahan berbagai bidang kehidupan di Jepang. Restorasi Meiji diawali ketika dibukanya jepang dari negara luar, yang pada saat itu dipimpin oleh Kaisar Meiji yang bernama Matsuhito. Kaisar Matsuhito menerapkan modernisasi disegala bidang hingga menyamai negara – negara barat dan lebih difokuskan pada bidang pendidikan dengan cara meningkatkan anggaran pendidikan secara drastis, pertukaran pelajar, dan wajib belajar bagi penduduk jepang.
            Munculnya restorasi meiji merupakan reaksi masyarakat Jepang yang jenuh dengan pemerintahan keshogunan. Bahwa sistem pemerintahan ini dikuasai oleh seorang Shogun yang menentukan semua bidang kehidupan dalam kemasyarakatan. Seorang Shogun mempunyai kekuasaan tertinggi di Jepang. Semua kebijakan harus ada di bawah persetujuan shogun.
            Pada saat itu, sistem pemerintahan keshogunan dipimpin oleh keshogunan Tokugawa. Pemerintahan ini sering disebut dengan zaman Edo. Zaman Edo (1603-1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa yang berpusat di kota Edo (Tokyo). Zaman Edo atau sering juga disebut masa Tokugawa adalah zaman yang sangat berpengaruh bagi Jepang modern, bukan hanya karena zaman ini adalah satu masa sebelum Restorasi Meiji yang menjadi gerbang modernisasi di Jepang tetapi  juga karena pada masa ini unsur-unsur budaya Jepang berkembang dengan pesat. Berbagai kemajuan Jepang dicapai pada masa ini, mulai dari lahirnya berbagai bentuk kesenian sampai sistem perekonomian yang maju, masyarakatnya pun tidak hanya mengalami kemajuan tetapi juga menjadi landasan terbentuknya masyarakat Jepang modern.

B.       Munculnya Restorasi Meiji
          Jepang di bawah pemerintahan Tokugawa menganut sistem keshogunan. Keshogunan Tokugawa adalah pemerintahan diktator militer ketiga dan terakhir di Jepang setelah Keshogunan Kamakura dan Keshogunan Muromachi. Kebijakan-kebijakn dari Tokugawa antara lain ialah pengisolasian dari pengaruh luar dan pengusiran pihak asing.[1]
          Awal munculnya Restorasi Meiji merupakan akhir dari pemerintahan Tokugawa. Runtunhnya pemerintahan tersebut menjadi tolok ukur berdirinya suatu pemerintahan baru bagi Jepang. Pemerintahan Tokugawa yang merupakan kekuasaan tertinggi di bantu oleh Daimyo. Pemerintahan ini di bagi menjadi 3 periode, yakni:
Ø  Periode pertama tahun 1603-1632
Periode pertama adalah masa shogun Ieyashu (1603-1605)sampai pada masa shogun Hidetada (1605-1632). Pada periode ini berkembang aliran Konfusionis yang bertujuan demi kepentingan politik.
Ø  Periode kedua tahun 1633-1854
Periode kedua adalah masa kemantapan keshogunan Tokugawa, yang diperintah oleh sepuluh generasi Tokugawa, dari Iemitsu (1633-1651) sampai shogun Ieyoshi (1837-1853) Periode ketiga tahun 1855-1867
Ø  Periode ketiga 1855-1867
Periode ketiga adalah masa kehancuran keshogunan Tokugawa hingga menyerahkan kekuasaan kepada kekaisaran (1853-1867) diperintah oleh tiga generasi Tokugawa yaitu Shogun Iesada, Iemochi dan Yoshinobu. [2]
            Pemerintah Tokugawa mengalami masa kejayaan yang panjang tetapi pada abad ke-19, kekuasaan Tokugawa mulai mengalami kemunduran. Kaum samurai makin mengalami kesulitan keuangan dan hutang yang terus meningkat. Di kota-kota mulai terjadi ketegangan-ketegangan antara pedagang kaya dengan rakyat miskin, di desa-desa mulai ada perbedaan antara yang memiliki tanah dan yang tidak memiliki tanah [3]. Hal ini menyebabkan pemerintahan Tokugawa mengalami kesulitan.
Faktor  yang meyebabkan runtuhnya pemerintahan Tokugawa adalah berikut ini :
1)        Pembukaan Negara
            Selama kurang lebih 250 tahun Jepang menutup diri dari pengaruh luar. Jepang tidak menyadari adanya kemajuan-kemajuan yang diperoleh bangsa barat, terutama dalam bidang industri. Perkembangan kapitalisme mengakibatkan revolusi industri, sehingga bangsa barat melihat luar negeri untuk mencari daerah pemasaran bagi hasil industrinya dan mencari sumber bahan baku yang baru. Bangsa barat melihat Asia Timur terutama Jepang dan China mempunyai kelebihan dari negara lainnya, sehingga mereka tertarik mengadakan hubungan dengan dua negara tersebut.
            Untuk merealisasikan maksudnya, mula-mula bangsa barat melihat dari bidang perekonomian. Bangsa yang pertama kali masuk Jepang ialah  Rusia[4]. Bangsa ini mencoba bekerjasama dalam bidang perdagangan yang tidak berlahan lama.
Seiring berjalannya waktu, banyak Bangsa Barat yang tertarik dengan negara Jepang. Pada tahun 1853 bangsa Amerika mengirimkan utusan yang dipimpin oleh Commodore Matthew.C. Perry yang masuk ke Jepang melalui teluk Edo.  Perry membawa surat resmi dari presiden Amerika Serikat yang menyatakan ingin mengadakan hubungan dagang dengan Jepang dan juga dijelaskan bahwa kedatangan Perry adalah untuk meminta perlindungan bagi pelaut Amerika yang mengalami kecelakaan di laut, Pembukaan kota-kota pelabuhan bagi kapal-kapal Amerika untuk melakukan perbaikan kapal dan menambah perbekalan, dan Pembukaan kota-kota pelabuhan untuk perniagaan.
            Setahun kemudian Perry kembali lagi ke Jepang dengan membawa armada perangnya untuk memaksa Jepang agar mau membuka hubungan dengan Amerika. Perry tidak segan-segan mengancam dengan kekerasan. Rakyat Jepang menolak kedatangan bangsa asing dan mereka menyerukan slogan yang dikenal dengan Sonno Joi yang berarti hormati Tenno dan usir kaum biadab (maksudnya orang-orang asing). Mereka menunjukkan sikap yang anti terhadap bangsa asing. Di beberapa wilayah rakyat Jepang mengadakan kekacauan-kekacauan untuk mengusir bangsa Barat [5]. Rakyat kurang memahami bahwa dengan dibukanya kerjasama ini dapat memajukan mereka.
Pada tanggal 31 Maret 1854 pemerintah Tokugawa akhirnya menandatangani perjanjian dengan Amerika di Kanagawa yakni sebuah kampung nelayan di Yokohama, lalu Amerika menempatkan Konsul Jendral yang bernama Townsend Harris di Yokohama. Dengan demikian akhirnya Jepang membuka negaranya dengan bekerjasama dengan pihak luar negeri.

2)        Pemberontakan Dalam Negeri

Pemberontakan dalam negeri terjadi akibat dari dibukanya Jepang bagi pihak luar. Rakyat Jepang  tidak menginginkan perjanjian tersebut ditandatangani oleh pemerintahan Tokugawa, terutama pihak kekaisaran karena perjanjian itu belum memperoleh izin dari kaisar. Rakyat menginginkan pengembalian fungsi politik kepada kaisar.
            Akibat dari penandatanganan perjanjian tersebut, pemerintah Tokugawa tidak lagi memperoleh kepercayaan dari rakyat untuk melindungi mereka dari pengaruh luar dan tidak dapat memberikan perlindungan terhadap rakyatnya. Alasan ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang ingin menggulingkan kekuasaan Tokugawa.

C.      Restorasi Meiji

      Setelah terjadi beberapa peristiwa buruk, maka pada tahun 1867 pemerintah Tokugawa menyerahkan kekuasaan pada kaisar Meiji. Dengan demikian pemerintahan Tokugawa berakhir dan kekuasaan penuh berada di tangan kaisar [6]. Kemudian muncullah Restorasi Meiji.
            Restorasi Meiji ini muncul akibat dari kekecewaan masyarakat terhadap pemerintahan Shogun yang dianggap lemah. Hal tersebut diawali dengan peristiwa terjadinya pembukaan Jepang oleh Commodore Perry (Perjanjian Shimoda, 30 Maret 1854). Hal tersebut disebabkan :
  1. Pemerintah Bakufu berpegang pada politik Isolasi, karena takut akan masuknya pedagang-pedagang asing yang berakibat masuknya juga imperialisme asing.
  2. Pada tahun 1842 Tiongkok telah dibuka untuk bangsa Asing oleh Inggris, dan habis dibagi dalam daerah-daerah pengaruh antara Inggris, Perancis, Rusia. Jadi tinggal Jepang saja yang belum tersentuh.
  3. Amerika serikat membutuhkan tempat transit, dalam pelayaran antara panatai barat USA dan kebetulan Jepang memiliki pelabuhan alam yang baik dan mengandung kemungkinan-kemungkinan perdagangan (teh, sutera) yang sangat menguntungkan.
  4. Kepulauan Jepang merupakan batu loncatan ke Tiongkok yang baik.[7]
            Pada saat Restorasi Meiji, Kaisar Meiji banyak memasok senjata – senjata perang dari negara barat. Akhir abad 18 para Samurai (Satria berpedang / pesuruh yang dihormati karena pengabdiannya) melakukan pemberontakan karna tak ingin negaranya dijarah. Pemerintahan tokugawa dagang senjata dari barat yang terlalu mendominasi negara itu. Namun akhirnya Jepang menandatangani Perjanjian dengan Amerika, yakni perjanjian Shimoda. Perjanjian ini berisi tentang penetapan pembukaan pelabuhan-pelabuhan Shimoda dan Hokodate di buka untuk asing.
Pembukaan tersebut merupakan awal saja karena terjadi lagi tahapan kedua di tahun 1858 dalam Townsend Harris Agreement yang mengakibatkan Jepang terbuka lebar dan mengakhiri politik isolasinya.
            Setelah Shogun Tokugawa terakhir menyerahkan kekuasaannya kepada Kaisar Meiji pada 1867, maka berakhirlah kekuasaan Bakufu di bawah Tokugawa, yang berlangsung selama 264 tahun, (1603-1867) dan berakhir pula kekuasaan militer yang telah berlangsung lebih kurang 650 tahun (I Ketut Suradjaja, 1984: 21). Meizi Tenno (Matsuhito 1867-1912 pada waktu itu baru berusia 14 tahun) akhirnya memegang tampuk pemerintahan Jepang pada tanggal 14 Desember dan membuka zaman baru yang gemilang bagi Jepang.
Peristiwa di atas dikenal dengan sebutan Restorasi Meiji. Tenno memakai sebutan nama masa pemerintahan Meiji. Meiji sendiri diartikan yang berfikiran cerah dan fikirannnya diterangi. Langkah awal yang dilakukan Tenno yang baru ialah memindahkan ibukota dari Kyoto ke Tokyo (1869), dimana berdasarkan dari ajaran Shintoisme diciptakan bendera kebangsaan Jepang yang diberi nama Hinomaru didasrkan atas Ameterasu sebagai dewa matahari dan lagu kebangsaan kimigayo berdasar atas keabadian Tenno sebagai dewa. Shintoisme sendiri akhirnya diresmikan sebagai agama Negara.
D.      Bidang Modernisasi
            Adanya modernisasi dalam mayarakat Jepang, membawa perubahan yang mendasar di berbagai bidang kehidupan, antara lain: sosial, politik, ekonomi, militer, pendidikan dan sebagainya.
Ø   Pendidikan
        Restorasi Meiji membawa perubahan pada bidang pendidikan, antara lain: anak-anak Jepang mulai mendapatkan pendidikan secara barat. Dalam sistem baru ini tiap anak yang berumur 6 tahun sudah dikenakan kewajiban belajar dan itu berlaku bagi semua penduduk. Untuk tiap 600 penduduk diadakan 1 sekolah rendah. Negara dibagi menjadi 8 daerah pendidikan, tiap daerah diberi 32 buah sekolah menengah dan 1  universitas yang harus ada.
Selain itu, perubahan dalam bidang pendidikan yakni pengiriman pelajar-pelajar keluar negeri untuk menyempurnakan ilmu pengetahuannya, khususnya pengetahuan-pengetahuan yang mengacu ke Barat. Setelah kembali ke asalnya yaitu Jepang mereka ditugaskan dalam pembangunan dan modernisasi Negara. Para pelajarlah yang membawa Jepang pada 50 tahun mendatang menjadi negara yang maju dan modern.
Ø    Militer
      Restorasi meiji juga membawa perubahan dalam bidang militer. Dalam bidang ini, pemerintahan yang baru membangun angkatan perangnya secara modern, di mana angakatan darat dipegang oleh keluarga Chosu dan dibuat secara Jerman, dan angkatan Laut dipegang oleh keluarga Satsuma dibentuk secara Inggris.
      Disamping itu tiap-tiap warga negara yang berumur 20 tahun dikenakan wajib militer dan setelah itu untuk prakek, mereka dikirim ke daerah-daerah perbatasan yang berbahaya. Kementerian pertahanan tidak bertanggung jawab kepada parlemen, tetapi kepada Tennno dengan demikian kementerian pertahanan sangat kuat kedudukannya dan akhirnya menjelma menjadi Gunbatsu (pemerintahan dictator militer). Setengah dari anggaran belanja negara dipergunakan untuk militer, sehingga Jepang mempunyai angkatan pertahanan yang kuat.
      Adanya modernisasi  ini menimbulkan semangat bagi para prajurit. Semangat ini sering disebut dengan semangat Bushido sebagai dasar jiwa ketentaraan. Prajurit Jepang harus memegang teguh ajaran Bushido, yakni:
·                         menginsafi kedudukannya masing-masing di dalam hidup ini,
·                         mempertinggi derajat dan kecakapan diri,
·                         melatih dirinya lahir batin untuk menyempurnakan kecakapannya dalam ketentaraan,
·                          memegang teguh disiplin,
·            menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan tanah air sampai titik darah yang terakhir. Mati untuk tenno adalah bentuk mati yang sempurna dan termulia.
            Dengan adanya semangat Bushido yang mengebu-gebu, lama-kelamaan golongan samurai dihapuskan. Samurai tidak terima dengan perubahan tersebut, timbullah pemberontakan yang sering dikenal dengan pemberontakan Satsuma. Pemberontakan Satsuma , (Seinan Senso, Perang Barat Daya) adalah pemberontakan klan samurai Satsuma yang dipimpin Saigo Takamori terhadap Tentara Kekaisaran Jepang, yang berlangsung 11 bulan di awal era Meiji, dimulai pada tahun 1877. Perang saudara ini merupakan perang saudara terakhir dan terbesar di Jepang. Perang terjadi di Kyushu[8].
      Pemberontakan Satsuma disebabkan oleh adanya perubahan sistem pada pemerintahan, yang menyebabkan kekecewaan para samurai. Pemberontakan ini dipimpin oleh Saigo Takamori, yang pada sepuluh tahun lalu memimpin pasukan Jepang untuk mengalahkan samurai klan Tokugawa. Mulanya, Saigo setuju dengan konsep Restorasi Meiji. Tapi, perlahan-lahan, ia jadi ikut membangkang, karena Restorasi Meiji menghapus segala bentuk samurai dan atributnya. Slogan para pemberontak adalah Pemerintah Baru, Moralitas Tinggi ( Shinsei Kotoku, "Pemerintah Baru, Moralitas Tinggi"). Mereka tidak meninggalkan atribut Barat, seperti memakai meriam dan senjata api.
            Peperangan ini berlangsung selama enam minggu, dan Saigo Takamori hanya memiliki 300-400 prajurit yang tersisa. Pada pertempuran terakhir, yaitu pertempuran Shiroyama, Saigo luka berat. Dalam keadaan hampir tertangkap pasukan pemerintah, Saigo melakukan seppuku pada 24 September 1877. Peperangan ini menghabiskan dana besar di pemerintah Jepang, sekaligus merupakan akhir dari kelas samurai di Jepang. Sepuluh tahun kemudian, Kekaisaran Jepang meminta maaf dan gelar samurai terakhir diberikan kepada Saigo Takamori.
Ø   Industri
      Dalam bidang industri, modernisasi yang terjadi ialah pada mesin-mesin produksi yang dibutuhkan bagi modernisasi perusahaan teh, sutera, pertanian dan kemudian industri. Mesin-mesin tersebut diekspor secara besar-besaran dari Inggris, berikut ahli-ahli tekniknya didatangkan dari luar negeri terutama Inggris untuk mendirikan pabrik-pabrik, dok-dok dan pusat-pusat listrik. Dengan adanya perubahan di bidang industri maka lahirlah golongan kapitalis  baru di Jepang .
Ø   Perekonomian
Perekonomian pada masa Tokugawa masih sangat terbatas dan hanya bersifat perdagangan antar daerah melalui laut pedalaman dan hanya berkisar pada beras dan tekstil. Ini dipengaruhi oleh sikap samurai yang memandang rendah kepada perdagangan dan segala hal yang bersangkutan dengan uang. Selain itu, pemerintah Tokugawa juga melarang untuk mengadakan hubungan dengan luar negeri. Maka setelah Restorasi Meiji, perekonomian Jepang memperoleh kesempatan yang baik untuk mulai berkembang dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan.
                                
Ø    Pemerintahan

Dalam bidang pemerintahan, Pembaharuan yang paling utama adalah penghapusan sistem feodal yang diterapkan oleh Tokugawa, sehingga terbukalah peluang untuk rakyat Jepang terhadap pendidikan yang meniru sistem pendidikan dunia Barat, selain dengan menerapkan sistem moneter, sistem pajak yang memungkinkan berkembangnya kapitalis atau kaum pemodal.

E. Dampak Restorasi Meiji
Pembukaan Jepang bagi bangsa asing ini telah membawa akibat yang signifikan bagi bangsa Jepang terutama kekuasaan shogun, sebab pembukaan wilayah itu menimbulkan munculnya perasaan anti-Shogun, Shogun dianggap lemah dan menjual tanah airnya kepada bangsa Asing, di samping itu gerakan pro-Tenno juga semakin kuat di mana Komei Tenno yang menolak untuk menandatangani perjanjian shimoda dianggap sebagai orang kuat dan Shogun harus mengembalikan kekuasaannya kepada Tenno.
Kekacauan itu ditambah dengan adanya pemberontakan Satsuma dan Chosu 1863. Keluarga Satsuma dan Chosu merupakan keluarga yang anti Shogun. Tindakan pembukaan Jepang dianggap sebagai sebuah penghinaan, oleh karena itu mereka membunuh bangsa-bangsa Asing dan menyerang angakatan laut Amerika di Pelabuhan Shimonoseki. Dalam serangan balasan yang dialkukan Amerika, Inggris, Perancis dan Belanda, Satsuma dan Chosu akhirnya menyerah.
E.       Kesimpulan
          Masa  Tokugawa atau sering juga disebut zaman Edo adalah zaman yang sangat berpengaruh bagi Jepang modern, bukan hanya karena zaman ini adalah satu masa sebelum Restorasi Meiji tetapi juga disebabkan karena pada masa ini unsur-unsur budaya Jepang berkembang dengan pesat. Runtuhnya sistem keshogunan  dibawah  pemerintahan Tokugawa menjadi gerbang  dari Restorasi Meiji  di Jepang.   
          Restorasi Meiji ini muncul akibat dari kekecewaan masyarakat terhadap pemerintahan Shogun yang dianggap lemah. Hal tersebut diawali dengan kedatangan  Commodore Perry ke Jepang. Perry kembali lagi ke Jepang pada tahun berikutnya dengan membawa armada perangnya untuk memaksa Jepang agar mau membuka hubungan dengan Amerika. Perry tidak segan-segan mengancam dengan kekerasan, sehingga Jepang terpaksa manandatangani  perjanjian dengan negara Amerika.
          Munculnya Restorasi Meiji yang ditandai dengan dibukanya politik isolasi Jepang dari negara luar  ini dipimpin oleh Kaisar Meiji yang bernama Matsuhito. Kaisar Matsuhito menerapkan modernisasi di bebagai bidang kehidupan, terutama bidang pendidikan.dalam bidang pendidikan anak-anak Jepang mulai mendapatkan pendidikan secara barat. Dalam sistem baru ini tiap anak yang berumur 6 tahun sudah dikenakan kewajiban dan pengiriman pelajar-pelajar keluar negeri untuk menyempurnakan ilmu pengetahuannya..
          Sedangkan dampak dari Restorasi Meiji telah membawa pengaruh yang signifikan bagi bangsa Jepang terutama kekuasaan shogun, sebab pembukaan wilayah itu menimbulkan munculnya perasaan anti-Shogun. Restorasi Meiji ini muncul akibat dari kekecewaan masyarakat terhadap pemerintahan Shogun yang dianggap lemah. Hal tersebut diawali dengan peristiwa terjadinya pembukaan Jepang oleh Commodore Perry



G.Daftar Pustaka
Dasuki, Achmad dan Rochiati Wiraatmadja. 1976. Sejarah Asia Timur. Bandung: IKIP.
Bellah. N. Robert.1992. Religi Tokugawa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Soebantardjo. 1958. Sari Sedjarah; Jilid 1: Asia-Australia. Yogyakarta: Bopkri
Suradjaja, I Ketut.1984. Pergerakan Demokrasi Jepang. Jakarta: Karya Unipress.
Beasley, W.G.2003. Pengalaman Jepang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Suryohadiprojo, Sayidiman.1987. Belajar dari Jepang; manusia dan masyarakat Jepang dalam perjuangan hidup. Jakarta: UI Press
http://ikonyo.blogspot.com/2010//restorasi-meiji-meiji-ishin.html diakses tanggal 16 November 2010 jam 14:55
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_Satsuma di akses tanggal 10 November 2010 jam 10:20







                                                          




.






[2] Situmorang, 1995 :41
[3]Suryohadiprojo,1982:21
[4]Ibid,1987:33
[5] Ibid,1987:45
[6] Sihombing,1997:51
[7] Soebantardjo, 1958: 7
[8]http://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_Satsuma di akses tanggal 10 November 2010 jam 10:20