Jumat, 26 Juli 2013

NETRALITAS ASIA TENGGARA ASEAN


 NETRALISASI ASIA TENGGARA (ASEAN)
Oleh: Ida Nur Azizah

A.  Latar Belakang
Sejarah Asia Tenggara merupakan ilmu yang mempelajari sejarah kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik di kawasan Asia Tenggara.Yang mencakup sistem kehidupan sosial,agama dan pemerintahan.
 Sebagai mahasiswa jurusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Yogyakarta,kami dituntut untuk menguasai cabang disiplin ilmu tersebut sebagai dasar untuk mempelajari sejarah kawasan ini lebih lanjut.
Serta sebagai bekal dalam mandalami ilmu sejarah untuk kedepannya dalam mengajar di sekolah-sekolah,karena mahasiswa pendidikan sejarah merupakan calon guru sejarah di sekolah,baik tingkat pertama maupun tingkat atas.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah Asia Tanggara?
2.      Bagaimana peran negara-negara Asia Tenggara dalam dunia internasional?
3.      Bagaimana sikap negara Asia Tenggara kepada negara adikuasa AS?
4.      Bagaimana kondisi ekonomi dan politik negara Asia Tenggara saat ini?
5.      Apa keuntungan netralitas Asia Tenggara?

C.  Tujuan
Berdasarkan uraian diatas,maka tujuan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui dan memahami sejarah Asia Tenggara.
2.      Dapat menjelaskan dan mengetahui peran negara-negara Asia Tenggara dalam dunia internasional.
3.      Mengetahui sikap negara Asia Tenggara kepada negara adikuasa AS.
4.      Mengetahui kondisi ekonomi dan politik negara Asia Tenggara saat ini.
5.      Memahami dan mengetahui keuntungan netralitas Asia Tenggara.
PEMBAHASAN

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (PERBARA) atau lebih populer dengan sebutan Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di tingkat regionalnya.
Prinsip-prinsip utama ASEAN adalah sebagai berikut:
1.       Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas wilayah nasional, dan identitas nasional setiap negara
2.       Hak untuk setiap negara untuk memimpin kehadiran nasional bebas daripada campur tangan, subversif atau koersi pihak luar
3.       Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota
4.       Penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan damai
5.       Menolak penggunaan kekuatan yang mematikan
6.       Kerjasama efektif antara anggota.
ASEAN pertama kali dideklarasikan secara eksplisit pada tahun 1967 dan belum terbuka untuk semua negara Asia Tenggara. Kemudian setelah dibuatnya traktat persahabatan pada tahun 1976, barulah ASEAN terbuka keanggotaannya bagi semua negara Asia Tenggara. ASEAN-5(Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) merupakan komunitas keamanan yang plural. Pembahasan terhadap kepluralan ini mengarah pada kelompok negara yang anggotanya mengharapkan perubahan yang damai dalam hubungan mutual mereka, serta penghapusan pengunaan kekerasan sebagai penyelesaian masalah. Namun ASEAN belum menemukan kriteria atas penggunaan kekerasan itu sendiri.
Pada awal pembentukan ASEAN (1967) ditandai dengan negara-negara yang hanya mengejar national interest masing-masing. Kesadaran akan kebutuhan bersama baru muncul setelah tahun 1967an sampai 1976. Konsolidasi semangat ASEAN baru muncul pada fase 1976-1989 karena adanya ancaman dari luar ASEAN yaitu dari Vietnam. Pada periode 1980-1996 konsiderasi ekonomi mulai lebih santer terdengar dalam semangat ASEAN, namun semangat tersebut masih ditopang oleh institusi keamanan.
Diantara negara ASEAN-5 hanya Thailand yang tidak pernah dijajah. Filiphina, Indonesia, Singapura pernah dijajajah oleh Amerika Serikat, Belanda, dan Inggris. Filiphina merdeka pada tahun 1946, Indonesia pada tahun 1949, Malaysia pada tahun 1957, dan Singapura pada tahun 1963. Indonesia satu-satunya negara yang meraih kemerdekaannya dengan perlawanan militer. Pengalaman kolonial tersebut kemudian mempengaruhi politik luar negri beberapa tahun kemudian. Perbedaan etnik mewarnai negara-negara baru ini. Indonesia dan Malaysia didominasi oleh masyarakat muslim, dan etnis india dan cina sebagai minoritas. Sedangkan Singapura didominasi oleh etnis Cina dengan sedikit persentase etnis melayu dan india
 Perbedaan-perbedaan etnis ini menimbulkan pesimistik wilayah. Prospek perdamaian dan keamanan dalam wilayah terlihat suram. Pemerintah-pemerintah ASEAN -5 menghadapi tantangan internal terhadap kebijakannya, baik dalam masalah komunisme, pemberontakan kelompok etnis, ataupun perubahan indentitas dan sekesionalisme. Masalah ini bahkan dapat merusak hubungan persahabatan antar negara tetangga. Pada tahun 1962, sebagai contoh, Filiphina membuat klaimatas wilayah Sabah. Lalu, Pemasukan Singapura menjadi federasi Malaysia membuat konflik etnis antara Melayu dengan Cina di Malaysia tidak tertahankan. Hubungan Singapura dan Indonesia semakin tegang saat ditolaknya pengmpunan dan dilakukannya eksekusi terhadap dua komando Indonesia saat konfrontasi.
Pada tahun 1954 AS mendirikan SEATO yang merupakan aliansi militer pimpinan AS untuk membantu perlawanan terhadap ekspansi komunis di Asia Tenggara. SEATO merupakan keseimbangan tradisional dari pendekatan kekuasaan via aliansi eksternal untuk keamanan regional. Sejak Malaysia dan Singapura dikolonisasi oleh Inggris, mereka bukan lagi anggota SEATO. Indonesia juga menolak masuk sebagai anggota SEATO. Negara-negara baru ini memiliki pandangan bahwa masalah regional semestinya diselesaikan oleh badan lokal.
Eksperimen Regional lain adalah pembentukan ASA(Associatioan of Southeast Asia) yang dibentuk pada tahun 1961 dimana Thailand, Filiphina, dan Malaysia masuk sebagai anggotanya. Kemudian dibentuk pula organisasi Maphilindo yang membahas mengenai kapitalisasi etnolinguistik komunal bangsa melayu dan etnis-etnis lain. Tapi baik ASA maupun Maphilindo tidak terlalu berpengaruh terhadap national interest anggotanya.
Banyak terjadi kesalahpahaman atas ASEAN karena keambiguan deklarasinya. Awalnya banyak yang mengira bahwa ASEAN bertujuan untuk kerjasama keamanan politik, namun nyatanya ASEAN dibentuk sebagai wadah kerja sama bidang Sosial, ekonomi, dan budaya regional. Selain itu banyak analis yang mengira ASEAN adalah bentukan atau sekutu Komunitas Eropa, namun setelah mempelajari piagam persetujuannya, barulah mereka menyadari bahwa ASEAN adalah badan murni regional.
Metode ASEAN dan tujuannya secara eksplisit sangat banyak yaitu, pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, pengembangan budaya, dll. Namun ASEAN tetap membahas secara minoritas masalah keamanan regional. Dengan pengalaman-pengalaman masalah keamanan, para pemimpin menyadari bahwa masalah seperti konfrontasi, separatisme, dan masalah perbatasan membuat penting dibentuknya kerjasamayang baik antar negara tetangga.
Point yang untuk dibuat adalah sense dari identitas sentral gabungan untuk pembangunan komunitas keamanan yang tidak berasal dari interdependensi atau interaksi ekonom yang intensif. Kesuksesan kerjasama ekonomi selama decade pertama berdirinya ASEAN lebih karena prestasi kerjasama politik dan keamanan. Disinilah kesadaran regional atau solidaritas antar negara-negara ASEAN terbentuk. Seperti yang sudah disebutkan diawal, sesungguhnya semua ASEAN-5 menghadapi ancaman dari dalam dan mayoritas dari anacaman itu adalah ancaman regional. Antara lain adalah, yang pertama adalah komunis yang memberontak di Malaya ( yang merupakan ancaman Malaya dan keamanan Malaysia). Lebih signifikan, eksistensi dan cara pelaksanaan ASEAN dibatasi dengan 2 mayor masalah yang mengacaukan regional ASEAN pada periode awal : ambisi Indonesia dan klaim philipina akan Sabah.
Kesalahan penanganan Soekarno pada perekonomian Indonesia menyebabkan kejatuhannya. 1966, Indonesia dan Malaysia mengakhiri kofrontasi. ASEAN pun menjadi tempat institusi dimana Indonesia dapat memulihkan keyakinan negara2 tetangga dan melalui pihak ketiga yang dapat mengurangi ancaman. Kemudian Indonesia, Malaysia dan Thailand memainkan peranan penting dalam pembentukan ASEAN.
Pada permasalahan Malaysia dan Philipina akan klaim Sabah, Indonesia dan Thailand menawarkan untuk menjadi mediator dalam menegahi masalah ini. Lewat lembaga ASEAN yang menggunakan A FACE-SAVING AGREEMENT, Permasalahan dispute ini berusaha dirundingkan dengan baik. Penyelesain masalah Sabah melalui legitimasi institusi ASEAN dan peran mediator lewat bermusyawarah mufakat. Usaha manajemen konflik yang dilakukan ASEAN menutup peluang negara-negara besar diluar ASEAN seperti AS dan China untuk dapat melakukan intervensi mendalam.
Antipati terhadap campur tangan negara luar dipicu karena adanya perang Vietnam. Pada pertemuan deklarasi ASEAN 1971 yaitu pembentukan ZOPFAN ( Souteast Asia A Zone For Peace, Freedom and Neutrality ). Ide ini untuk meminimalisasikan great power AS, Rusia dan China dan mempertahankan kestabilan ASEAN dalam menyelenggarakan kerjasama internal mereka sebaik ekonomi dan keamanan. ZOPFAN merefleksikan keinginan ASEAN untuk memisahkan diri mereka dari hegemoni negara-negara besar.
Kemunculan identifikasi kolektif di ASEAN pada awal-awal tahun merupakan hasil interdependensi keamanan interregional dan pengurangan negative security dari negara-negara kuat. Konsolidasi dari identitas itu merupakan hasil yang tidak langsung dari sebuah external shock : Kejayaan kumunis Indochina. Pada bulan April 1975, orang-orang jahat khmer mengambil alih kamboja. 1 bulan kemudian, Vietnam utara menyerang Saigon, kemudian pencapaian 30 tahun mimpi Hochiminh akan persatuan Vietnam utara dan selatan. Pada tahun 1976, kepala Pemerintahan negara-negara ASEAN bertemu di Bali, Indonesia. Hasil dari pertemuan penting itu adalah TREATY OF AMITY AND COOPERATION. Traktat itu merupakan salah satu perkembangan sejarah ASEAN karena ini menetapkan sebuah norma untuk hubungan regional sebaik penggunaa mekanisme institusi untuk settling dispute dengan damai.
Vietnam membubarkan usaha ASEAN untuk menyelenggarakan hubungan regional. Selama perang Vietnam Utara telah mengejek ASEAN sebagai imperialis yang dibuat untuk melawan mereka. Vienam menginvasi Kamboja pada tahun 1978 dan ASEAN menghabiskan decade selanjutnya untuk merespon pelanggaran dengan mencari diplomatik dan isolasi ekonomi untuk Vietnam. Akhirnya pada awal tahun 1979, Diplomat-diplomat ASEAN membawa masalah kamboja ke permukaan agenda PBB agar dunia Interasional bisa memberikan bantuan rekonstruksi untuk Vietnam melalui pihak internasional selama pasukan Vietnam masih menduduki Kamboja.
Baik Indonesia maupun Malaysia melihat bahwa China sebagai ancaman ASEAN daripada Vietnam. Tapi kebijakan ASEAN menentang Vietnam memerlukan bantuan China untuk tetap menekan Vietnam di perbatasan Vietnam dan China dan untuk mmendukung Kamboja dalam menentang Vietnam. Indonesia dan Malaysia melihat China semangat untuk memaksakan pengaruhnya di ASEAN. Seiring berakhirnya Perang Dingin dan penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja dan kepentingan Vietnam untuk memperbaiki perekonomiannya, Vietnam telah siap untuk menjadi bagian ASEAN dan mematuhi norma-norma dengan serius.
Pada tahun 1990, Vietnam dan Laos meminta status peninjau pada pertimbangan ASEAN. Pada tahun 1992, Mereka menandatangani TOFAC yang meyetujui untuk patuh kepada norma-norma dan kode-kode ASEAN untuk menyelenggarkan hubungan regional.
ASEAN menjadi tujuan dari institusional yang lebih dalam dan perluasan keamanan sebaik barisan ekonomi. Perkembangan yang bersama-sama telah dilakasanakan banyak untuk kemali mempertegas kekompleksan keamanan ASEAN dan hubungannya dengan factor-faktor luar maupun dalam konteks regional. Yang pertama adalah perluasan keanggotaan ASEAN. Pada tahun 1990 Vietnam bergabung dengan ASEAN. Pada Juli 1995, ada 7 anggota ASEAN. Kemudian Laos, Kamboja dan Myanmar bergabung dengan ASEAN pada athun 97-98. Hubungan baik anatara karakteristik keamanan negara-negara anggota lama dan baru semakin kompleks.
 Perkembangan yang kedua adalah ARF ( Asean Regional Forum) . ARF yang diwakili kepala pemerintahan setiap negara anggota telah mengadakan dialog dengan banyak negara seperti AS, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Australia, Uni Eropa, Rusia dan China untuk diskusi multilateral mengenai isu-isu keamanan Asia-Pasific. 3 pertemuan telah dilakukan sejauh ini, masing-masing didahului dengan kerja ekstensif oleh wakil resmi. ARF, dengan segala perundingan dan konsensusnya telah berkarakter sangat ASEAN . ARF tidak harus dilihat sebagai komunitas keamanan ASEAN secara luas. Jumlah kekuatan besar yg terlibat pada ARF dan kecurigaan mereka tentang satu sama lain membuat ini berjalan premature untuk menyingkirkan kemungkinan jika mereka masih dapat berusaha untuk memaksa adanya settle dispute.
Analisis menanyakan apakah ARF akan memainkan peran yg signifikan dalam manajemen pasca perang dingin yang layak di Asia Pasifik. Realita menginformasikan bahwa distribusi perubahan dan pola dari permusuhan seperti institusi yg campuran/bermacam-macam akan memiliki persediaan untuk menghadapi kemunculan China dan Jepang. Sementara disisi lain, timbul keoptimisan yg lebih yg memfokuskan kemampuan mereka dalam ARF untuk memasilitasi kerjasama sebaik potensial ARF untuk meningkatkan power demi mempertegas jalan-jalan sosial. Jika ARF masih ada, jika orang-orang Asia Timur masih merasa aman seperti yg mereka lakukan pada tahun 1990, jika ARF membantu mencegah persaingan di Laut Cina Selatan dari pemerosotan kesejahteraan dan jika ARF mensponsori CBMs telah memeriksa perlombaan militer, lalu ini bisa dikatakan berhasil. Sebaliknya, jika ARF tidak mampu bertahan( seperti Association of Southeast asia, Maphilindo dan SEATO), bila ada persaingan dalam militer dan menjadi bagian yg permanen dari pemandangan militer Asia Timur, mungkin karena pertengkaran sengit di Laut China Selatan, maka bisa disimpulkan ARF gagal menjalankan perannya.

.





















KESIMPULAN

Keefektivan ASEAN bisa tetap terjaga karena kebersamaan yang mengutamakan bahwa setiap masalah dan perbedaan akan diatasi dengan konsultasi konseptual. Penyelesaian masalah melalui legitimasi institusi ASEAN dan peran mediator lewat bermusyawarah mufakat menjadi gaya ASEAN dalam menyelesaikan masalah. Usaha manajemen konflik yang dilakukan ASEAN menutup peluang negara-negara besar diluar ASEAN seperti AS dan China untuk dapat melakukan intervensi mendalam. Penting untuk tetap menjaga netralitas dan membendung pengaruh dari hegemoni-hegemoni luar, karena seperti yang diketahui bahwa ketergantungan ekonomi negara-negara ASEAN pada negara-negara besar dan barat masih tinggi. Adanya kontak yg konstan dan komunikasi diantara negara-negara membantu pertumbuhan kerjasama dan solidaritas yang akan membantu ASEAN dalam menhadapi kerjasama di area yang lebih besar. Dalam praktiknya ASEAN hendaknya sesuai dengan Prinsip-prinsip ASEAN yaitu Mutual respect untuk kemerdekaan dan kedaulatan serta intregitas territorial seluruh negara, non interfensi pada pemerintahan dalam negeri satu sama lain, tidak egois dalam menghadapi ancaman atau menggunakan kekerasan serta mengusahakan kestabilan kawasan di ASEAN.









DAFTAR PUSTAKA

Reid,Antony. Smawalat. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, 2004.
Wikipedia, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, http://.wikipedia.org/wiki/ Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar