NETRALISASI ASIA TENGGARA (ASEAN)
Oleh: Ida Nur Azizah
A. Latar Belakang
Sejarah Asia Tenggara merupakan ilmu yang
mempelajari sejarah kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik di kawasan
Asia Tenggara.Yang mencakup sistem kehidupan sosial,agama dan pemerintahan.
Sebagai mahasiswa jurusan pendidikan sejarah
Universitas Negeri Yogyakarta,kami dituntut untuk menguasai cabang disiplin
ilmu tersebut sebagai dasar untuk mempelajari sejarah kawasan ini lebih lanjut.
Serta sebagai bekal dalam mandalami ilmu
sejarah untuk kedepannya dalam mengajar di sekolah-sekolah,karena mahasiswa
pendidikan sejarah merupakan calon guru sejarah di sekolah,baik tingkat pertama
maupun tingkat atas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Asia Tanggara?
2. Bagaimana peran negara-negara Asia Tenggara dalam dunia
internasional?
3. Bagaimana sikap negara Asia Tenggara kepada negara adikuasa AS?
4. Bagaimana kondisi ekonomi dan politik negara Asia Tenggara saat ini?
5. Apa keuntungan netralitas Asia Tenggara?
C. Tujuan
Berdasarkan uraian diatas,maka tujuan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami sejarah Asia Tenggara.
2. Dapat menjelaskan dan mengetahui peran negara-negara Asia Tenggara
dalam dunia internasional.
3. Mengetahui sikap negara Asia Tenggara kepada negara adikuasa AS.
4. Mengetahui kondisi ekonomi dan politik negara Asia Tenggara saat
ini.
5. Memahami dan mengetahui keuntungan netralitas Asia Tenggara.
PEMBAHASAN
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia
Tenggara (PERBARA) atau lebih populer dengan
sebutan Association of Southeast
Asia Nations (ASEAN)
merupakan sebuah organisasi geo-politik dan
ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara,
yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi
Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan
kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di tingkat
regionalnya.
Prinsip-prinsip utama ASEAN adalah sebagai berikut:
1. Menghormati
kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas wilayah nasional, dan identitas
nasional setiap negara
2. Hak
untuk setiap negara untuk memimpin kehadiran nasional bebas daripada campur
tangan, subversif atau koersi pihak luar
3. Tidak
mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota
4. Penyelesaian
perbedaan atau perdebatan dengan damai
5. Menolak
penggunaan kekuatan yang mematikan
6. Kerjasama
efektif antara anggota.
ASEAN pertama kali dideklarasikan secara eksplisit pada
tahun 1967 dan belum terbuka untuk semua negara Asia Tenggara. Kemudian setelah
dibuatnya traktat persahabatan pada tahun 1976, barulah ASEAN terbuka
keanggotaannya bagi semua negara Asia Tenggara. ASEAN-5(Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand)
merupakan komunitas keamanan yang plural. Pembahasan terhadap kepluralan ini
mengarah pada kelompok negara yang anggotanya mengharapkan perubahan yang damai
dalam hubungan mutual mereka, serta penghapusan pengunaan kekerasan sebagai
penyelesaian masalah. Namun ASEAN belum menemukan kriteria atas penggunaan
kekerasan itu sendiri.
Pada awal pembentukan ASEAN (1967) ditandai dengan
negara-negara yang hanya mengejar national interest masing-masing. Kesadaran
akan kebutuhan bersama baru muncul setelah tahun 1967an sampai 1976.
Konsolidasi semangat ASEAN baru muncul pada fase 1976-1989 karena adanya
ancaman dari luar ASEAN yaitu dari Vietnam. Pada periode 1980-1996 konsiderasi
ekonomi mulai lebih santer terdengar dalam semangat ASEAN, namun semangat
tersebut masih ditopang oleh institusi keamanan.
Diantara negara ASEAN-5 hanya Thailand yang tidak pernah
dijajah. Filiphina, Indonesia, Singapura pernah dijajajah oleh Amerika Serikat,
Belanda, dan Inggris. Filiphina merdeka pada tahun 1946, Indonesia pada tahun
1949, Malaysia pada tahun 1957, dan Singapura pada tahun 1963. Indonesia
satu-satunya negara yang meraih kemerdekaannya dengan perlawanan militer.
Pengalaman kolonial tersebut kemudian mempengaruhi politik luar negri beberapa
tahun kemudian. Perbedaan etnik mewarnai negara-negara baru ini. Indonesia dan
Malaysia didominasi oleh masyarakat muslim, dan etnis india dan cina sebagai
minoritas. Sedangkan Singapura didominasi oleh etnis Cina dengan sedikit
persentase etnis melayu dan india
Perbedaan-perbedaan etnis ini menimbulkan
pesimistik wilayah. Prospek perdamaian dan keamanan dalam wilayah terlihat
suram. Pemerintah-pemerintah ASEAN -5 menghadapi tantangan internal terhadap
kebijakannya, baik dalam masalah komunisme, pemberontakan kelompok etnis,
ataupun perubahan indentitas dan sekesionalisme. Masalah ini bahkan dapat
merusak hubungan persahabatan antar negara tetangga. Pada tahun 1962, sebagai
contoh, Filiphina membuat klaimatas wilayah Sabah. Lalu, Pemasukan Singapura
menjadi federasi Malaysia membuat konflik etnis antara Melayu dengan Cina di
Malaysia tidak tertahankan. Hubungan Singapura dan Indonesia semakin tegang
saat ditolaknya pengmpunan dan dilakukannya eksekusi terhadap dua komando
Indonesia saat konfrontasi.
Pada tahun 1954 AS
mendirikan SEATO yang merupakan aliansi militer pimpinan AS untuk membantu
perlawanan terhadap ekspansi komunis di Asia Tenggara. SEATO merupakan
keseimbangan tradisional dari pendekatan kekuasaan via aliansi eksternal untuk
keamanan regional. Sejak Malaysia dan Singapura dikolonisasi oleh Inggris,
mereka bukan lagi anggota SEATO. Indonesia juga menolak masuk sebagai anggota
SEATO. Negara-negara baru ini memiliki pandangan bahwa masalah regional
semestinya diselesaikan oleh badan lokal.
Eksperimen Regional lain
adalah pembentukan ASA(Associatioan of Southeast Asia) yang dibentuk pada tahun
1961 dimana Thailand, Filiphina, dan Malaysia masuk sebagai anggotanya.
Kemudian dibentuk pula organisasi Maphilindo yang membahas mengenai
kapitalisasi etnolinguistik komunal bangsa melayu dan etnis-etnis lain. Tapi
baik ASA maupun Maphilindo tidak terlalu berpengaruh terhadap national interest
anggotanya.
Banyak terjadi
kesalahpahaman atas ASEAN karena keambiguan deklarasinya. Awalnya banyak yang
mengira bahwa ASEAN bertujuan untuk kerjasama keamanan politik, namun nyatanya
ASEAN dibentuk sebagai wadah kerja sama bidang Sosial, ekonomi, dan budaya
regional. Selain itu banyak analis yang mengira ASEAN adalah bentukan atau
sekutu Komunitas Eropa, namun setelah mempelajari piagam persetujuannya,
barulah mereka menyadari bahwa ASEAN adalah badan murni regional.
Metode ASEAN dan tujuannya
secara eksplisit sangat banyak yaitu, pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial,
pengembangan budaya, dll. Namun ASEAN tetap membahas secara minoritas masalah
keamanan regional. Dengan pengalaman-pengalaman masalah keamanan, para pemimpin
menyadari bahwa masalah seperti konfrontasi, separatisme, dan masalah
perbatasan membuat penting dibentuknya kerjasamayang baik antar negara
tetangga.
Point yang untuk dibuat
adalah sense dari identitas sentral gabungan untuk pembangunan komunitas
keamanan yang tidak berasal dari interdependensi atau interaksi ekonom yang
intensif. Kesuksesan kerjasama ekonomi selama decade pertama berdirinya ASEAN
lebih karena prestasi kerjasama politik dan keamanan. Disinilah kesadaran
regional atau solidaritas antar negara-negara ASEAN terbentuk. Seperti yang
sudah disebutkan diawal, sesungguhnya semua ASEAN-5 menghadapi ancaman dari
dalam dan mayoritas dari anacaman itu adalah ancaman regional. Antara lain
adalah, yang pertama adalah komunis yang memberontak di Malaya ( yang merupakan
ancaman Malaya dan keamanan Malaysia). Lebih signifikan, eksistensi dan cara
pelaksanaan ASEAN dibatasi dengan 2 mayor masalah yang mengacaukan regional
ASEAN pada periode awal : ambisi Indonesia dan klaim philipina akan Sabah.
Kesalahan penanganan
Soekarno pada perekonomian Indonesia menyebabkan kejatuhannya. 1966, Indonesia
dan Malaysia mengakhiri kofrontasi. ASEAN pun menjadi tempat institusi dimana
Indonesia dapat memulihkan keyakinan negara2 tetangga dan melalui pihak ketiga
yang dapat mengurangi ancaman. Kemudian Indonesia, Malaysia dan Thailand
memainkan peranan penting dalam pembentukan ASEAN.
Pada permasalahan Malaysia
dan Philipina akan klaim Sabah, Indonesia dan Thailand menawarkan untuk menjadi
mediator dalam menegahi masalah ini. Lewat lembaga ASEAN yang menggunakan A
FACE-SAVING AGREEMENT, Permasalahan dispute ini berusaha dirundingkan dengan
baik. Penyelesain masalah Sabah melalui legitimasi institusi ASEAN dan peran
mediator lewat bermusyawarah mufakat. Usaha manajemen konflik yang dilakukan
ASEAN menutup peluang negara-negara besar diluar ASEAN seperti AS dan China
untuk dapat melakukan intervensi mendalam.
Antipati terhadap campur
tangan negara luar dipicu karena adanya perang Vietnam. Pada pertemuan
deklarasi ASEAN 1971 yaitu pembentukan ZOPFAN ( Souteast Asia A Zone For Peace,
Freedom and Neutrality ). Ide ini untuk meminimalisasikan great power AS, Rusia
dan China dan mempertahankan kestabilan ASEAN dalam menyelenggarakan kerjasama
internal mereka sebaik ekonomi dan keamanan. ZOPFAN merefleksikan keinginan
ASEAN untuk memisahkan diri mereka dari hegemoni negara-negara besar.
Kemunculan identifikasi
kolektif di ASEAN pada awal-awal tahun merupakan hasil interdependensi keamanan
interregional dan pengurangan negative security dari negara-negara kuat.
Konsolidasi dari identitas itu merupakan hasil yang tidak langsung dari sebuah
external shock : Kejayaan kumunis Indochina. Pada bulan April 1975, orang-orang
jahat khmer mengambil alih kamboja. 1 bulan kemudian, Vietnam utara menyerang
Saigon, kemudian pencapaian 30 tahun mimpi Hochiminh akan persatuan Vietnam
utara dan selatan. Pada tahun 1976, kepala Pemerintahan negara-negara ASEAN
bertemu di Bali, Indonesia. Hasil dari pertemuan penting itu adalah TREATY OF
AMITY AND COOPERATION. Traktat itu merupakan salah satu perkembangan sejarah
ASEAN karena ini menetapkan sebuah norma untuk hubungan regional sebaik
penggunaa mekanisme institusi untuk settling dispute dengan damai.
Vietnam membubarkan usaha
ASEAN untuk menyelenggarakan hubungan regional. Selama perang Vietnam Utara
telah mengejek ASEAN sebagai imperialis yang dibuat untuk melawan mereka.
Vienam menginvasi Kamboja pada tahun 1978 dan ASEAN menghabiskan decade
selanjutnya untuk merespon pelanggaran dengan mencari diplomatik dan isolasi
ekonomi untuk Vietnam. Akhirnya pada awal tahun 1979, Diplomat-diplomat ASEAN
membawa masalah kamboja ke permukaan agenda PBB agar dunia Interasional bisa
memberikan bantuan rekonstruksi untuk Vietnam melalui pihak internasional
selama pasukan Vietnam masih menduduki Kamboja.
Baik Indonesia maupun
Malaysia melihat bahwa China sebagai ancaman ASEAN daripada Vietnam. Tapi
kebijakan ASEAN menentang Vietnam memerlukan bantuan China untuk tetap menekan
Vietnam di perbatasan Vietnam dan China dan untuk mmendukung Kamboja dalam
menentang Vietnam. Indonesia dan Malaysia melihat China semangat untuk
memaksakan pengaruhnya di ASEAN. Seiring berakhirnya Perang Dingin dan
penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja dan kepentingan Vietnam untuk
memperbaiki perekonomiannya, Vietnam telah siap untuk menjadi bagian ASEAN dan
mematuhi norma-norma dengan serius.
Pada tahun 1990, Vietnam
dan Laos meminta status peninjau pada pertimbangan ASEAN. Pada tahun 1992,
Mereka menandatangani TOFAC yang meyetujui untuk patuh kepada norma-norma dan
kode-kode ASEAN untuk menyelenggarkan hubungan regional.
ASEAN menjadi tujuan dari
institusional yang lebih dalam dan perluasan keamanan sebaik barisan ekonomi. Perkembangan
yang bersama-sama telah dilakasanakan banyak untuk kemali mempertegas
kekompleksan keamanan ASEAN dan hubungannya dengan factor-faktor luar maupun
dalam konteks regional. Yang pertama adalah perluasan keanggotaan ASEAN. Pada
tahun 1990 Vietnam bergabung dengan ASEAN. Pada Juli 1995, ada 7 anggota ASEAN.
Kemudian Laos, Kamboja dan Myanmar bergabung dengan ASEAN pada athun 97-98.
Hubungan baik anatara karakteristik keamanan negara-negara anggota lama dan
baru semakin kompleks.
Perkembangan yang kedua adalah ARF ( Asean
Regional Forum) . ARF yang diwakili kepala pemerintahan setiap negara anggota
telah mengadakan dialog dengan banyak negara seperti AS, Jepang, Kanada, Korea
Selatan, Australia, Uni Eropa, Rusia dan China untuk diskusi multilateral
mengenai isu-isu keamanan Asia-Pasific. 3 pertemuan telah dilakukan sejauh ini,
masing-masing didahului dengan kerja ekstensif oleh wakil resmi. ARF, dengan
segala perundingan dan konsensusnya telah berkarakter sangat ASEAN . ARF tidak
harus dilihat sebagai komunitas keamanan ASEAN secara luas. Jumlah kekuatan
besar yg terlibat pada ARF dan kecurigaan mereka tentang satu sama lain membuat
ini berjalan premature untuk menyingkirkan kemungkinan jika mereka masih dapat
berusaha untuk memaksa adanya settle dispute.
Analisis menanyakan apakah
ARF akan memainkan peran yg signifikan dalam manajemen pasca perang dingin yang
layak di Asia Pasifik. Realita menginformasikan bahwa distribusi perubahan dan
pola dari permusuhan seperti institusi yg campuran/bermacam-macam akan memiliki
persediaan untuk menghadapi kemunculan China dan Jepang. Sementara disisi lain,
timbul keoptimisan yg lebih yg memfokuskan kemampuan mereka dalam ARF untuk
memasilitasi kerjasama sebaik potensial ARF untuk meningkatkan power demi
mempertegas jalan-jalan sosial. Jika ARF masih ada, jika orang-orang Asia Timur
masih merasa aman seperti yg mereka lakukan pada tahun 1990, jika ARF membantu
mencegah persaingan di Laut Cina Selatan dari pemerosotan kesejahteraan dan
jika ARF mensponsori CBMs telah memeriksa perlombaan militer, lalu ini bisa
dikatakan berhasil. Sebaliknya, jika ARF tidak mampu bertahan( seperti
Association of Southeast asia, Maphilindo dan SEATO), bila ada persaingan dalam
militer dan menjadi bagian yg permanen dari pemandangan militer Asia Timur,
mungkin karena pertengkaran sengit di Laut China Selatan, maka bisa disimpulkan
ARF gagal menjalankan perannya.
.
KESIMPULAN
Keefektivan ASEAN bisa
tetap terjaga karena kebersamaan yang mengutamakan bahwa setiap masalah dan
perbedaan akan diatasi dengan konsultasi konseptual. Penyelesaian masalah
melalui legitimasi institusi ASEAN dan peran mediator lewat bermusyawarah
mufakat menjadi gaya ASEAN dalam menyelesaikan masalah. Usaha manajemen konflik
yang dilakukan ASEAN menutup peluang negara-negara besar diluar ASEAN seperti
AS dan China untuk dapat melakukan intervensi mendalam. Penting untuk tetap
menjaga netralitas dan membendung pengaruh dari hegemoni-hegemoni luar, karena
seperti yang diketahui bahwa ketergantungan ekonomi negara-negara ASEAN pada
negara-negara besar dan barat masih tinggi. Adanya kontak yg konstan dan
komunikasi diantara negara-negara membantu pertumbuhan kerjasama dan
solidaritas yang akan membantu ASEAN dalam menhadapi kerjasama di area yang
lebih besar. Dalam praktiknya ASEAN hendaknya sesuai dengan Prinsip-prinsip
ASEAN yaitu Mutual respect untuk kemerdekaan dan kedaulatan serta intregitas
territorial seluruh negara, non interfensi pada pemerintahan dalam negeri satu
sama lain, tidak egois dalam menghadapi ancaman atau menggunakan kekerasan
serta mengusahakan kestabilan kawasan di ASEAN.
DAFTAR
PUSTAKA
Reid,Antony. Smawalat. Jakarta : Pustaka
LP3ES Indonesia, 2004.
Wikipedia, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara, http://.wikipedia.org/wiki/ Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar