Minggu, 28 Juli 2013

RESENSI JURNAL


RESENSI
Oleh: Ida Nur Azizah
 
Judul               : Kondisi Kehidupan Partai, Kaum Revolusioner Indonesia dalam Mencari Identitas (1928-1848)
Pengarang       : Jacques Leclerc
Penerbit           : Lembaga Penelitian,  Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)
Tahun Terbit   : Agustus 1979 tahun VIII
Jenis                : Jurnal “Prisma” Nomor 08
Keunggulan    :
Berbagai keunggulan yang terdapat pada tulisan Jacques Leclerc, antara lain:
Jacques Leclerc, Penulis yang bukan asli berkebangsaan Indonesia asli mampu mengulas tulisan secara luas mengenai kehidupan partai Indonesia serta perjuangannya dalam memperoleh kemerdekaan. Hal ini dapat dilihat dari tulisannya yang tidak hanya menguraikan PKI sebagai partai tertua[1], tetapi juga mengulas perjuangan tokoh-tokoh nasional dalam partai lain seperti PNI, Budi Utomo, Sarekat Islam, Gerindo, dan sebagainya.
Selain itu, tulisannya bersifat Indonesiasentris, artinya bentuk perlawanan dari rakyat Indonesia terhadap pemerintah kolonial berupa pergerakan-pergerakan yang dipelopori oleh tokoh nasional yang berusaha memperjuangkan kemerdekaan. Selain itu berisi spirit perjuangan tokoh nasional yang dapat berfungsi sebagai sejarah beraspek sosiopolitik dalam membangkitkan nasionalisme.
Sedangkan gaya penulisan yang digunakan berorientasi pada sejarah modern. Terdapat gaya penulisan yang mengagumkan dari tulisan sejarah Jacques Leclerc, yaitu pada kalimat “Tapi mungkinkah hal itu terwujud?”. Ini merupakan perbandingan fakta yang ada dengan apa yang akan terjadi yang merupakan tujuan bersama pejuang Indonesia mencari identitas bangsa yang sesungguhnya.
Kausalitas antar paragraf dan kalimat (Hubungan/ keterkaitan antar paragraf dan kalimat) dalam tulisan ini sudah sangat jelas dan runtut seperti pada lembar terakhir paragraf 4 menuju 5 “Dua bulan setelah kongres PKI.......menunjuk Aidit.....”dilanjutkan “ sebagai pejabat propaganda, Aidit.......”


Kelemahan      :
Kelemahan dalam penulisan jurnal kebanyakan terletak pada isi jurnal dan penulis, namun ada beberapa yang terletak pada penulisan, gaya bahasa, kausalitas antar paragraf dan kalimat. Kelemahan dari tulisan Jacques Leclerc ialah:
Dari Penulisnya kurang ditunjang metode kritis. Artinya dalam tulisan Jacques Leclerc ini terdapat kebanyakan bersifat secara teknis. Seperti terdapat pada alenia “...sejak Kongres VI Internationale, Juli-Agustus 1928, yang dalam resolusi dari kongres 1935 tidak banyak disebut selain dari menyebut perluasan Front rakyat anti-imperialis...”. Pada alenia ini penulis menyebutkan secara teknis tanpa menyebutkan bukti sebagai pemikiran kritis.
Dalam aspek Isi tulisan yang menjadi kelemahan ialah tulisan berjudul Kondisi Kehidupan Partai, Kaum Revolusioner Indonesia dalam Mencari Identitas (1928-1848) terlalu bersifat informatif. Kebanyakan terdapat ulasan-ulasan yang berusaha keras menginformasikan kepada pembaca tanpa diimbangi dengan pendapat penulis. Selain itu, isi terlalu fokus kepada satu aspek, sehingga aspek diluar yang bersebarangan pendapat kurang mendapat sorotan dan cenderung berat sebelah[2]. Kelemahan lain yaitu kurang adanya kejelasan keruntutan pendirian-pendirian partai dalam arti partai pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya karena pengulasan terfokus pada pahlawan nasional. Dalam isi juga tidak terdapat opini-opini dari luar maupun kekurangan opini dari penulis sendiri sehingga pembaca kurang berpikir secara luas dan cenderung mengikuti apa yang ada tanpa membedakan aspek positif dan negatif dari tulisan itu sendiri.
Dalam aspek penulisan terdapat beberapa kekurang-telitian penulis seperti awalan “Adalah” yang harusnya merupakan penjelasan dari sesuatu tetapi digunakan sebagai kata awal. Kemudian terdapat juga kalimat “Dalam pada itu” pada kalimat awal. Selain itu juga terdapat penulisan kata pada halaman 51 alenia terakhir yaitu kata “plin-plan”. Seharusnya diketik dengan Italic (dicetak miring) karena kata “plin-plan” merupakan kata serapan yang tidak sesuai EYD dan termasuk dalam bahasa jawa.
Pada aspek bahasa ialah Bahasa yang digunakan terkadang bahasa yang kurang/ tidak baku seperti pada kata “cocok” yang seharusnya lebih formal dengan menggunakan kata “sesuai”.





Isi singkat (Sinopsis):
PKI merupakan partai komunis yang mampu mewujudkan Vietnam sebagai negara bersatu melalui gerakan pembebasan nasionalisme di Indocina. Gerakan pembebasan ini terjadi ketika masa Perang Dunia II yaitu ketika terjadi perbenturan paham demokratis dan Fasis. Namun pada 11 November 1945, diganti nama menjadi Partai Buruh Vietnam. Berbeda di Indonesia, PKI belum mampu memenangkan gerakan pembebasan karena penindasan Belanda dan kepercayaan rakyat Indonesia kepada Jepang untuk memperoleh kekuasaan. Selain itu, terdapat juga perbedaan pendapat di antara anggota yang berlainan mengenai gerakan PKI yang kurang tepat.
Gerakan ini berkali-kali mengalami kegagalan, namun usaha-usaha  yang dilakukan mampu menghasilkan kemajuan secara bertahap. Dalam kemajuannya,, gerakan ini berhasil membentuk pimpinan partai berjumlah 21 anggota yang bertugas menggerakkan PKI. Pimpinan baru PKI September 1948 dapat dilihat pada lampiran. Kebanyakan dari anggota penggerak ini ialah tokoh nasionalis yang telah mengalami nasib pembuangan, penjara, maupun pengasingan. Namun di dalam pengasingan mereka mendapatkan pengalaman politik yang dapat diterapkan untuk bangsa Indonesia tercinta. Begitupun Muso yang merupakan pemrakarsa reorganisasi partai ditahan selama 3 bulan Agustus 1925, lalu dinyatakan harus ditangkap Januari 1926, namun berhasil melarikan diri ke Singapura.
Tahap awal kegiatan partai ialah akhir 1926 dan berakhir dengan kegagalan. Pemberuntakan ini berlangsung untuk daerah Jawa dan Sumatra. Gerakan kedua berlangsung tahun 1948 yang muncul di arean politik tahun 30-an, yakni gerakan orang-orang bawah tanah. Mereka yang merupakan generasi anti-fasis mengubah strategi untuk tercapainya tujuan. Saat itu, Muso adalah anggota Komite Eksekutif Serikat Buruh Merah Internasional. Ia ditugaskan mengorganisir orang-orang Indonesia untuk  melancarkan kegiatan komunis sesuai garis yang ditetapkan konggres. Muso yang berada di Surabaya berhasil memperolah kekuatan dari Partindo.
Kemudian lahir pula Gerindo dibawah pimpinan Amir tahun 1937, PNI Baru yang merupakan perkumpulan para propagandis yang berdisiplin yang bergerak di tingkat pusat kekuasaan berhasil didirikan Hatta. PNI baru berhasil berubah nama menjadi Daulat Rakyat. Hal ini merupakan strategi kerajaan Belanda, termasuk Indonesia berada dalam cengkraman kekuatan kolonis yang lebih besar (kebangkitan Nazi dan Perang saudara di Spanyol). Tetapi ketika Belanda di duduki Jerman dan pemerintahannya lari ke London, kader-kader Gerindo mulai dicurigai berhubungan dengan tokoh-tokoh PKI yang terorganisir secara bawah tanah segera ditangkapi.
Karena terputusnya pengorganisasian akibat penangkapan tokoh-tokoh nasionalis baik dipenjara maupun diasingkan sehingga kegiatan strategi maupun inisiatif terhambat. Padahal pada hakikatnya, proklamasi kemerdekaan Soekarno-Hatta bersandar pada gerakan pemuda yang merebut kekuasaan dari tangan Jepang serta pembesar daerah. Terlihat jelas bahwa peranan pemuda melalui gerakan-gerakan partai sangat berpengaruh pada kemerdekaan Indonesia sampai dengan pembentukan KNIP.
Dalam perkembangan terakhir, ke-21 tokoh nasionalis Indonesia berhasil bersatu pada 1 September 1948. Segala kelemahan dan kekuatan para tokoh berhasil dasatukan dalam sebuah persamaan untuk memperjuangkan Indonesia yang seutuhnya.                  
                                               
Kesimpulan     :
Keadaaan partai tahun 1928-1948 dalam mencari identitas bangsa Indonesia mengalami banyak hambatan baik dari dalam maupun dari luar. Para tokoh nasional Indonesia berjuang untuk Indonesia dalam berbagai partai dan golongan, seperti PKI, PNI, Gerindo, KNIP, dan lain sebagainya. Dalam prosesnya mereka bercerai berai menjadi beberapa pandangan namun tetap bertujuan yaitu mewujudkan Indonesia merdeka. Meskipun dalam beberapa realita terlihat beberapa partai mengutamakan kepentingan mereka sendiri.
Gerakan para tokoh nasionalis ini sangat berpengaruh pada kemerdekaan Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena tanpa pergerakan kaum Indonesia maka kemerdekaan sulit untuk di capai. Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan pembentukan pimpinan partai yang meskipun awalnya berbeda pandangan dapat mempersatukan Indonesia bangsa Indonesia dalam perbedaan, kelemahan, dan kekuatan.



[1] Lihat dalam Jurnal “Prisma” Nomor 08. Kondisi Kehidupan Partai, Kaum Revolusioner Indonesia dalam Mencari Identitas (1928-1848)
[2] Salah satu kelemahan yang diungkapkan oleh Waliu al-Din ‘Abdu al-Rahman ibn Muhammad ibn al-Hasan ibn al-Jabir ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn ‘Abd al-Rahamn ibn Khaldukh atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Khaldun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar