KEPAHLAWANAN GUS DUR
Secara
umum pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan kebenarannya
dalam membela kebenaran dan keadilan. Namun demikian,setiap manusia memiliki
nuansa kepahlawanan yang berbeda. Dianggap pahlawan bagi kelompok tertentu juga
berarti dianggap penghianat bagi kelompok lawan.
Gus
Dur adalah seorang pluralis dan pembela kaum minoritas. Pada masa
pemerintahannya, rakyat kecil dibela, khususnya bidang ekonomi, kemasyarakatan
dan keagamaan. Gerakannya yang terkenal yaitu telah menjadikan Khong Hu Cu
sebagai agama resmi negara. Gus Dur juga mencabut peraturan pemerintah no 14
tahun 1967 yang melarang orang Tiong Hoa dan menetapkan imlek sebagai hari
libur nasional.
Gus
Dur merupakan tokoh politisi, inteletual dan agamawan yang berani mengambil
resiko apapun. Beliau memiliki keberanian dan otonomi moral untuk berpihak pada
apa yang diyakini kebenaran. “Gus Dur berani melawan penguasa dan rezim
militeristik serta otoriter”(Wilarjo. Kompas)
“Gus
Dur juga pernah mengkritik Orde Baru melalui Forum Demokrasi” (Tempo, A. Ivan
Sampoerna). Gus Dur adalah pejuang pro-Demokrasi yang memperjuangkan
keberagaman pandangan. Diakui atau tidak, kontribusi Gus Dur dalam perpolitikan
negeri ini sangant besar. Gus Dur mempunyai taktik dan strategi tersendiri
untuk menerapkan prinsipnya meskipun sering di salah artikan masyarakat. Gus
Dur sering melahirkan derdagai tafsir yang keliru dan menerobos pemaknaan yang
salah. Sehingga, Gus Dur sering dianggap plin-plan.
”
gitu aja kok repot” pernyatan yang sering dipakai Gus Dur untuk mengomentari
persoalan, sikap seseorang atau lembaga. Menurut beliau, dengan lelucon kita
dapat sejenak melupakan persoalan hidup. ”Dengan humor pikiran kita jadi
sehat”(Humor Presiden Ala Gus Dur: Media Indonesia). Kadang neliau dirasa
irasional, meski kelakuannya menjelaskan sebuak fenomena unik.
“Memang tak mudah memahami Gus Dur, saya saja harus
pelan-pelan supaya dapat mengkritik Gus Dur dengan tepat”(Muhammad As Hikam,
Beyond The Symbols:138).
Gus Dur sebagai sang duru bangsa sekaligus pelawan arus. Beliau merasa kurang nyaman mengikuti arus utama. Tetapi,
manuver Gus Dur justru saring kali menghasilkan sesuatu yang efektif.
Perlawanan arus beliau demi kebaikan dab kepebtibgab bersama.kenyataan inilah
yang menjadi salah satu ciri khas Gus Dur.
Sejak tahun 1980-an Gus Dur telah
menjadi salah satu sosok yang sngat berpengaruh. Kapasitas pribadi dan pola
pemikiran yang unik dan trah darah pemimpin besar islam, K H Hasyim Asy’ari dan
kiai Bisri Sansuri telah menjadi sumber legitimasi kepemimpim\nan yang cukup
besar baginya. Kepeninpiban itu terlihat pada kemampuan mengolah gagasan dan
mengendalikan organisasi NU.
Terlihat jelas bahwa Gus Dur mampu mengubah tatanan
masyarakat dan sistem pemerintahan indonesia. Sepeninggal beliau, banyak
berbagai fraksi, terutama warga Nahdliyin(NU) mengusulkan beliau sebagai pahlawan
nasional. Namun sampai saat ini, usulan tersebut belim ditindaklanjuti. Karena,
permohonan tersebut diusulkan melalui pers. Jadi tidak sesuai Undang-Undan yang
berlaku di Indonesia.
Pada pasal 15 UUD 1945
yang diamandemen disebutkan bahwa ”Presiden memberi gelar, tabda jasa, dan
kehormatan diatur dalam Undang-Undang”. Jadi meskipun Presiden memiliki hak
prerogatif mengangkat pahlawan nasional, tetapi hal ini harus dilakukan sesuai
Undang-Undang yan berlaku.
Pada intinya, dari beberapa sumber yang ada, diantaranya,
kompas, Kedaulatan Rakyat, Bernas Jogja, Tempo, dan Media Indonesia menyebutkan
bahwa banyak sekali jasa-jasa beliau untuk bangsa ini. Sangat jarang yang
mengkritik kepemimpinan beliau. Bahkan, dalam koran Media Indonesia yang
berjudul penerintah belum pahami Pluralisme Gus Dur bukannya menyebutkan
kekurangan dan kesalahan Gus Dur, akan tetapi malak menyebutkan
ketidaktolerannya masyarakat terhadap pluralisme Gus Dur. Salah satu sumber
ditemukan sebuah kritikan dari Romo Kardinal yang menyatakan bahwa Gus Dur
tidak bisa menempatkan kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Itupun
karena Romo adalah teman sejawat Gus Dur.
Selain mengenai jasa-jasa beliau, juga terdapat perasaan
khawatir, gelisah, serta kehilangan masyarakat yang tidak hanya menghampiri
warga Nahdliyin(NU) dan kalangan minoritas saja, namun masyarakat pecinta
tegaknya nilai pluralisme juga merasa kehilangan. Sepeninggal beliau, kalangan
minoritas merasa cemas terkait nasa depan yang selama ini dibela dan
diperjuangkan beliau seperti pluralisme dan nasyarakat minoritas yang berada di
Semenanjung Muria, Jepara dan sebagainya.
Selamat jalan Gus Dur, semoga sikap hidup dan ilmu yang
beliau tinggalkan meliputi kita semua. Tahun 2010 merupakan takun perjuangan
untuk memajukan demokrasi, keadilan dan perdamaian negeri ini. Pertarungan
antara moralitas politik dan hukum terus bergulir dalam ranah politik kita
sebagaimana ditunjukkan dalam kasus Century.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar